Media Online is Not Allowed :(

Posted on Juni 10, 2007

0


Gue engga pernah bisa ngerti sama pemain industri yang engga sama sekali menghargai media online, atau bahkan tidak menyertakan online dalam daftar pers mereka.

Beberapa dari mereka lebih suka mendahulukan media cetak dan menganggap online hanya sebagai media substitute aja. Padahal menurut data yang gue dapet dari AFP, media cetak saat ini sedang mengalami penurunan dan kalau mereka ingin bangkit, maka satu-satunya hal yang harus mereka jalani adalah membuat media online. Tapi bukan sebagai media pelengkap atau pengganti.

~ Pernyataan ini dilontarkan pada pertemuan ke-60, World Association of Newspaper (WAN) dan forum Editor se-dunia yang ke-14, seperti dikutip dari AFP, Rabu (6/6/2007). “Kita harus menyadari bahwa media mulai mengarah ke online, dan kita harus mulai mengarahkan jurnalisme kita ke arah itu,” kata Mario Garcia, Chief Executive of The United States–Garcia Media Group.

Dia menggambarkan, perjalanan baru sebuah media akan berawal dari breaking news yang dibaca melalui email atau ponsel. Kemudian para pembaca akan melanjutkannya dengan membaca berita melalui situs online. Dan akan berakhir dengan membaca koran di hari berikutnya. Dalam skenario seperti itu, lanjutnya, koran hanya akan berlaku sebagai pengulang berita. Padahal awalnya koran merupakan media yang memposisikan diri sebagai pencipta isu dan selalu menghadirkan berita-berita baru bagi pembacanya.

Martha Stone, Direktur Program WAN “Membentuk Masa Depan Koran Harian”, mengatakan pada forum bahwa sudah saatnya bagi media untuk menggabungkan keahlian jurnalisme antara cetak, radio, televise, dan online. “Saat ini banyak sirkulasi media cetak yang menurun jumlahnya, namun mereka mencoba bertahan dengan meraih pasar di internet,” katanya ~

Bahkan menurut data mereka, media cetak yang memiliki backing online maka pendapatan iklannya pasti naik.

Nah, terus kenapa industri engga pernah nyadar akan hal ini dan tetap memandang media online sebelah mata. Malah gue pernah nemuin salah satu operator telko di Indonesia yang SANGAT BESAR, menyatakan terang-terangan, kalau mereka tidak akan menyertakan media online untuk diikutkan dalam lomba penulisan jurnalistik mereka. Alasannya sangat sepele ‘karena media online di Indonesia masih sedikit’ dan dia hanya menyebutkan dua nama Detik dan Antara.

Gue sih cuma ketawa-ketawa aja karena dari situ gue jadi tau kadar pengetahuan teknologi dia sangat sangat sangat kurang, dan pertanyaannya adalah “apa operator telekomunikasi sebesar itu engga menyediakan pelatihan internet buat karyawannya?”

Bayangkan, dong! internet itu kan media yang luas. Kalo orang perancis bilang “sans frontier” alias tanpa batas. Dan media online di indonesia itu engga cuma Detik n Antara aja. Mestinya ada orang yang harus ngasih tau dia tentang luasnya internet dan banyaknya media online.

web mandiri (klik, okezone, astaga, rileks, dll) atau web kelahiran media cetak (tempo interaktif, Kompas cyber media, Bisnis, selular online, dll) atau Blog2 serius yang banyak ditulis secara pribadi oleh wartawan bahkan praktisi atau pemerhati. Banyak toh?

 Trus, kenapa mesti terpaku terus sama Detik atau Antara? Kajian dari online seperti Swa atau warta ekonomi pun masih bisa diperhitungkan. Malah pernah perusahaan Telekomunikasi macam Sinar Mas ‘kebakaran jenggot’ karena merasa ditelanjangi oleh Warta ekonomi yang mengupas tuntas masalah CDMA yang akan mereka keluarkan. Saat itu belum ada satupun media yang mengangkatnya.

Menutup mata akan membanjirnya media online sama saja dengan menutup jalan teknologi dan informasi untuk masuk ke bangsa kita ini. Berpikiran skeptis seperti itu harusnya tidak lagi menggerogoti pemikiran modern jaman sekarang.

Saya cukup salut dengan XL yang pada tahun kemarin menggelar lomba penulisan dengan menyertakan media online bahkan blog untuk ikut serta. Harusnya memang seperti itulah perilaku industri kita saat ini yang mengaku mengusung layanan teknologi informasi sebagai satu-satunya layanan yang mereka kuasai. LG pun pada tahun ini menggelar lomba serupa.

Walaupun sangat kecil kemungkinan online untuk ‘dimenangkan’ namun setidaknya industri bisa bertindak lebih bijaksana dengan tidak terlebih dahulu menutup pintu rapat-rapat dan mengatakan

“online is not allowed”  

Posted in: Uncategorized